Marhaban4u - Rezeki Baru Anda
Marhaban ahlan wahsalan bikum! Selamat Datang Anda Semua Dengan hanya RM20.00 sahaja Dapatkan download album bacaan Al-Quran dan Album "Mahabbah" terbaru dari Rabbani Daftar Percuma dan Rebutlah peluang keemasan ini dijangka lebih 20,000 peserta luar negara akan turut serta dalam marhaban4u.com mulai 15 July 2010 nantikan limpahan downline melalui id=1 Bersama membangun ummah dengan Marhaban4u.com - Rezeki Baru Anda. Insya-Allah.Sila layari www.marhaban4u.com/?ref=1
Saturday, December 18, 2010
Berpuasa dihari'Asyuro'
Dan bulan ini juga merupakan salah satu dari beberapa bulan yang Allah Ta’ala telah menurunkan syariat puasa khusus di dalamnya yaitu puasa yang kita kenal bersama dengan nama puasa asyura. Karena itu pada pembahasan kali ini, kami akan mengangkat beberapa hukum seputar puasa Asyuro, semoga kaum muslimin sekalian bisa mendapatkan ilmu dan pelajaran tentangnya sebelum terjun melaksanakannya.
1. Dalil-Dalil Tentang Disyari’atkannya.
a. Hadits Aisyah radhiallahu ‘anha beliau berkata, “Dulu pada hari Asyuro, orang-orang Quraisy berpuasa padanya di masa jahiliyah dan adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dulu juga berpuasa padanya. Tatkala beliau berhijrah ke Madinah, beliau berpuasa padanya dan memerintahkan (manusia) untuk berpuasa padanya. Dan tatkala (puasa) ramadhan diwajibkan beliaupun meninggalkan (puasa) hari Asyuro. Maka (semenjak itu) siapa saja yang ingin (berpuasa padanya) maka dia berpuasa dan siapa saja yang ingin (untuk tidak berpuasa) maka dia meninggalkannya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, “Nabi datang (hijrah) ke Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyuro`, maka beliau bertanya: “Apa ini?”, mereka (orang-orang Yahudi) menjawab: “Ini adalah hari baik, ini adalah hari Allah menyelamatkan Bani Isra`il dari musuh mereka maka Musa berpuasa padanya”, beliau bersabda : “Kalau begitu saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian” maka beliaupun berpuasa dan memerintahkan (manusia) untuk berpuasa”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Hadits Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa pada hari ‘Asyuro`, memotivasi dan mengambil perjanjian dari kami di sisi beliau, tatkala telah diwajibkan (puasa) Ramadhan, beliau tidak memerintahkan kami, tidakpula melarang kami dan tidak mengambil perjanjian dari kami di sisi beliau”. (HR. Muslim)
Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa puasa asyura awal kali disyariatkan ketika beliau tiba pertama kali di kota Madinah. Adapun sebab asal pensyari’atannya yaitu karena pada hari itu Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari musuhnya sebagaimana dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas di atas, jadi bukan karena mengikuti agamanya orang-orang Yahudi. Lihat Nailul Author (4/288)
2. Hukumnya.
Nampak jelas dari hadits-hadits di atas dan juga dari hadits-hadits yang lain yang semakna dengannya bahwa dulunya hukum puasa hari ‘Asyuro` adalah wajib karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas di atas. Akan tetapi setelah turunnya kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan maka hukum wajib ini dimansukh (terhapus) menjadi sunnah sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits Aisyah radhiallahu ‘anha.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam Syarh Muslim (8/6), “Para ulama telah bersepakat bahwa puasa pada hari ‘Asyuro` hukumnya sekarang (yaitu ketika telah diwajibkannya puasa Ramadhan) adalah sunnah dan bukan wajib”. Dan ijma’ akan hal ini juga telah dinukil oleh Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah sebagaimana dalam Fathul Bary (2/246)
3. Keutamaannya.
Ada beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan berpuasa pada hari ‘Asyuro`, berikut di antaranya :
a. Hadits Abu Qotadah Al-Harits bin Rib’iy radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, maka beliau menjawab : “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu dan (setahun) yang akan datang”, dan beliau ditanya tentang puasa hari ‘Asyuro` maka beliau menjawab : “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu”. (HR. Muslim)
b. Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, “Saya tidak pernah melihat Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh berpuasa pada suatu hari yang dia lebih utamakan daripada selainnya kecuali pada hari ini hari ‘Asyuro` dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan“. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara marfu’, “Puasa yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat lail”. (HR. Muslim)
4. Orang yang telah makan sedang dia lupa atau tidak tahu bahwa hari itu adalah hari asyuro, apa yang dia lakukan ?
Masalah ini hukumnya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim (8/19), “Bab : Barangsiapa yang sudah makan pada hari ‘Asyuro` maka hendaknya dia menahan (berpuasa) pada sisa harinya”.
Ada dua dalil yang menunjukkan akan hal ini :
a. Hadits Salamah ibnul Akwa’ radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seorang lelaki dari Bani Aslam agar mengumumkan kepada manusia bahwa barangsiapa yang yang sudah makan maka hendaknya dia berpuasa pada sisa harinya dan barangsiapa yang belum makan maka hendaknya dia berpuasa, karena hari ini adalah hari ‘Asyuro`”. (HR.Al- Bukhari dan Muslim)
b. Hadits Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz radhiallahu ‘anha dia berkata, “Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam mengutus (utusan) kepada desa-desa Anshor pada subuh hari ‘Asyuro` (untuk menyerukan) : “Barangsiapa yang masuk di waktu subuh dalam keadaan berbuka (telah makan) maka hendaknya dia sempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa) dan barangsiapa yang masuk di waktu subuh dalam keadaan berpuasa maka hendaknya dia berpuasa”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
5. Kapankah Hari ‘Asyuro` Itu?
Terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama dalam masalah penentuannya, dan pendapat yang paling kuat adalah bahwa hari asyura itu jatuh pada tanggal 10 Muharram. Ini adalah pendapat Said ibnul Musayyab, Al-Hasan Al-Bashri, Imam Malik, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan ini merupakan pendapat jamahir (mayoritas) ulama terdahulu dan belakangan.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dia berkata, “Tatkala Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyuro` dan beliau memerintahkan (manusia) untuk berpuasa, mereka berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani”, maka Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda : “Jika tahun depan (saya masih hidup) insya Allah, maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan”. (Ibnu ‘Abbas) berkata : Maka tahun depan belum datang sampai Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam wafat”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain, “Jika saya masih hidup sampai tahun depan maka (Demi Allah) sungguh betul-betul saya akan berpuasa pada hari kesembilan”.
Berkata Imam An-Nawawy rahimahullah dalam Syarh Muslim (8/18), “Maka ini jelas menunjukkan bahwa dulu beliau Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berpuasa pada tanggal 10 (Muharram) bukan tanggal 9”. Dan ini juga merupakan pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah.
Hal ini lebih dipertegas oleh perkataan Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari ‘Asyuro`, hari kesepuluh”. (HR. At-Tirmizi dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi (1/399 no. 755))
Faedah:
Disunnahkan pula untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berpuasa pada tanggal 10 dan berniat untuk berpuasa pada tanggal 9 tahun depannya sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas di atas, ini adalah pendapat Imam Asy-Syafi’iy, Ahmad, Ishaq dan lain-lainnya. Hal ini juga berdasarkan ucapan Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah pada hari ke 9 dan ke 10”. (Riwayat Abdurrozzaq (4/287) dan Al-Baihaqi (4/287))
Wednesday, December 8, 2010
Kenapa tak rogol saya?
|
Kisah benar ini berlaku di US (Amerika Syarikat). Ia tentang seorang wanita dari Malaysia yang bekerja di US. Dia memakai tudung dan memiliki akhlak yang bagus. Suatu malam perempuan ini dalam perjalanan balik ke rumah dari tempat kerjanya. Kebetulan dia mengambil jalan singkat untuk pulang. Jalan yang diambil pula agak tersorok dan tidak banyak orang yang lalu lalang pada masa itu. Disebabkan hari yang agak sudah lewat, berjalan di jalan yang agak gelap sebegitu membuatkan dia agak gelisah dan rasa takut. Lebih-lebih lagi dia berjalan bersaorangan. Tiba-tiba dia nampak ada seorang lelaki (kulit putih Amerika) bersandar di dinding di tepi lorong itu. Dia sudah mula rasa takut dan tak sedap hati. Apa yang dia boleh buat waktu tu adalah berdoa ke hadrat Allah memohon keselamatan atas dirinya. Dia baca ayat Kursi dengan penuh pengharapan agar Allah membantu dia di saat itu. Masa dia melepasi tempat lelaki itu bersandar, dia sempat menoleh dan dapat mengecam muka lelaki itu. Nasib baik lelaki itu buat tidak endah dan perempuan ini selamat sampai ke rumahnya. Keesokkan paginya, wanita ini terbaca dalam akhbar yang seorang perempuan telah dirogol oleh seorang lelaki yang tidak dikenali dekat lorong yang dia jalan semalam hanya 10 minit selepas dia melintasi lorong tersebut. Muslimah ini yakin benar lelaki kulit putih yang dia lihat semalam adalah perogol itu. Atas rasa tanggungjawab dia terus ke balai polis dan buat aduan. Wanita ni dapat mengenalpasti suspek melalui kawad cam dan selepas siasatan dilakukan, polis dapat bukti bahawa lelaki tersebut adalah perogol yang dicari. Tapi perempuan ini hairan juga kenapa lelaki tadi tak jadikan dia mangsa ketika dia melalui lorong tersebut walhal dia keseorangan di masa tu, tetapi lelaki tadi rogol perempuan yang lalu selepas dia. Wanita ini nak tahu sangat sebabnya. Jadi dia minta kebenaran polis untuk bercakap dengan perogol tadi sebelum hukuman dijatuhkan (sebelum lelaki tadi di bawa ke tempat lain). Dia pun tanya perogol itu.. “Why don’t you do anything to me on that night even though you know that I’m alone?” (Kenapa awak tak buat apa-apa kat saya malam tu walaupun awak tau saya seorang je masa tu?) Perogol tu jawab: “No, you are not alone. That night I saw two young man walking with you. One on your right side and the other one was by your left side. If you were alone of course you will be my victim.” (Tak, awak bukan berseorangan. Malam tu saya nampak ada 2 orang lelaki berjalan dengan awak. Seorang sebelah kanan awak dan sorang lagi sebelah kiri awak. Kalaulah awak sorang-sorang malam tu, sudah pasti awak jadi mangsa saya..) Wanita ni rasa amat terkejut bila dengar penjelasan perogol tu. Dia bersyukur ke hadrat Allah kerana memelihara dia malam itu, mungkin juga berkat ayat Kursi yang dia baca malam itu. |
Friday, November 19, 2010
Mekah dilanda banjir
Mekah dilanda banjir
MEKAH - Beberapa kawasan di Mekah kelmarin dilanda banjir ekoran hujan lebat menyebabkan sebahagian jemaah meredah air banjir namun ia tidak melibatkan kawasan yang menempatkan Kaabah.
Sebelum ini, hujan turun dengan lebat di Mina pada Rabu lalu semasa para jemaah melontar jamrah sebagai tanda merejam syaitan.
Hujan dan angin itu menyebabkan beberapa buah pokok tumbang di tepi sebatang jalan raya di Mekah.
Lebih 2.8 juta jemaah haji berhimpun di Mekah untuk mengerjakan rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Islam yamg mampuJemaah haji Malaysia perlu reda
MAKKAH: Jemaah haji Malaysia perlu reda dengan sebarang ujian atau masalah yang dialami ketika menunaikan fardu haji di Tanah Suci Makkah dan jika ada kelemahan pihak berkuasa, ia tidak wajar dimanipulasi.
Mereka wajar menjadikan setiap kesusahan itu sebagai ukuran ketakwaan dan bagi mengenali diri sendiri selain mensyukuri nikmat Allah.
Bagi Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Jamil Khir Baharom, Lembaga Tabung Haji sudah menyediakan segala keperluan untuk jemaah sebaik mungkin supaya mereka selesa menunaikan rukun Islam kelima itu.
“Ketertiban jemaah Malaysia mendapat pujian pihak Muassasah dan kerajaan Arab Saudi yang menganggap Tabung Haji adalah contoh pengurusan yang mengutamakan kebajikan jemaah dan wajar dicontohi negara Islam lain.
“Mereka perlu bersabar kerana setiap ujian itu ada ganjarannya dan untuk mendapat haji yang mabrur, jemaah hendaklah reda dengan setiap dugaan,” katanya kepada pasukan media Tabung Haji. Sementara itu, seorang jemaah, Nik Ismail Wan Hamid, 67, dari Seri Kembangan, Selangor, berkata untuk memenuhi tuntutan mendekatkan diri kepada Allah setiap jemaah hendaklah reda dengan apa yang menimpa mereka ketika di Tanah Suci.
“Jemaah perlu menyiapkan diri dengan mengikuti kursus dan belajar perkara penting supaya dapat mencapai tahap ibadat apabila datang mengerjakan haji,” kata pesara Majlis Amanah Rakyat (Mara
Nik Ismail yang ditemui sekembalinya dari Mina selepas selesai melontar di Jamrah pagi ini berkata, beliau reda dengan segala masalah atau kekurangan pihak pengurusan atau Muassasah semasa di Arafah dan Mina.
Hujan sederhana lebat turun di Makkah dan Mina petang semalam ketika sebahagian besar daripada kira-kira 2.7 juta termasuk 26,000 jemaah Malaysia masih mengerjakan perkara wajib haji iaitu melontar di Jamrah. — Bernama
Tuesday, November 16, 2010
Secebis kisah-kisah di Tanah Suci
KES 1:
KETIKA di Mina untuk melontar jamrah, saya tertinggal sebuku sabun yang dibalut dengan sehelai plastik merah di dalam bilik mandi. Saya menyesal kerana sabun itu baru sekali dipakai.
Sepanjang perjalanan dari Mina ke hotel di Makkah, saya asyik teringatkan sabun itu. Setiba di Makkah, saya bersiap-siap untuk mandi dan membawa sebuku sabun baru.
Ketika masuk ke bilik air, saya hampir pengsan kerana di depan saya ada sabun dalam plastik merah. Saya amati sabun itu dan saya kenal, itulah sabun yang saya gunakan sewaktu di Mina.
Saya bertanya kepada teman-teman sebilik sama ada mereka membawa balik sabun tersebut. Tetapi, mereka semua menafikan perkara itu. Lalu saya fikir kembali, kalau bukan mereka yang membawa balik sabun saya itu dari Mina ke Makkah, mustahil mereka yang meletakkan sabun itu dalam bilik air kami. Ini kerana sayalah orang pertama yang masuk ke dalam bilik air hotel itu sebaik-baik kami tiba dari Mina.
Saya beristighfar dan bersyukur berkali-kali. Hebat sungguh kuasa-Mu, Ya Allah. -- SULAIMAN.
KES 2:
Dalam perjalanan di lebuh raya dari Madinah ke Makkah, bas kami singgah di sebuah kawasan rehat, seperti kawasan rehat R&R di lebuh raya Utara Selatan di Semenanjung Malaysia, untuk makan dan minum atau sekadar berehat. Sewaktu semua penumpang turun dan menuju ke kedai, seorang jemaah wanita turun dahulu dan terus ingin menuju ke seberang jalan.
Saya lantas mengikutinya dan bertanya: 'Mak Haji nak ke mana?'
Jawabnya, 'Aku nak balik ke rumah aku... tu di sebelah sana jalan.' Saya lihat warna matanya seperti seorang yang sedang marah.
Saya terus berkata kepadanya: 'Mak Haji, kita berada di Makkah, bukan di Singapura.'
Saya lantas membaca ayat Kursi dan menghembuskan ke arahnya. Dia tiba-tiba tunduk dan mengikut kami semua menuju ke kedai makan. -- MUHAMMAD ISKANDAR.
KES 3:
INI cerita dari ayah saya dalam musim haji 1993. Biasanya selepas solat isyak di Masjidil Haram, ayah tidak terus pulang ke hotel. Setelah sekitaran lengang barulah ayah berjalan pulang dan akan makan malam di ruang makan hotel yang disediakan oleh agensi haji bersama-sama jemaah yang lain.
Setibanya di situ tempat sudah penuh. Meja-meja yang masih kosong hanya di ruang tengah tempat itu. Tiba giliran ayah mengambil nasi dan terus duduk di ruangan yang kosong itu.
Ayah baru sahaja meletakkan punggungnya di kerusi, tiba-tiba beliau ditegur oleh pengurus agensi. Katanya 'Encik Haji, tempat ini sudah saya reservedkan untuk VIP. Encik Haji cari tempat lain.'
'Hai? Di Tanah Suci, musim haji pun masih ada pilih bulu? Masih ada VIP?' sindir jemaah-jemaah yang lain di situ, yang bersimpati pada ayah. Rupa-rupanya sebelum ayah, ramai jemaah lain sudah terkena. Mereka terasa kecil hati dan melepaskan geram. Ayah relaks macam tidak ada apa-apa berlaku.
Pada waktu yang sama, muncullah para VIP yang dimaksudkan. VIP yang terpenting itu rupa-rupanya sahabat lama ayah, rakan sekolah dan teman sedarjahnya.
Mereka saling bertegur sapa dan bertanya khabar. Maklumlah, sudah sekian lama tidak bertemu. Mereka berbahasa 'engkau' dan 'aku'.
Kemudian, VIP (sahabat ayah) mempelawa ayah makan bersama-sama semeja dengannya. Malahan duduk makan bersebelahan.
Jemaah-jemaah haji yang lain, apa lagi, terus menegur pengurus agensi tadi. 'Lain kali jangan tengok orang macam tidak ada mata, jangan pandang kecil dan hina seseorang. Kerana hendak mengampu, awak kelaskan diri manusia. Tengok apa sudah jadi?'
Pengurus agensi itu duduk diam membatu dan malu. -- MARINI.
Sunday, November 14, 2010
IKHLAS BERIBADAH, SEGALANYA JADI MUDAH
Mudah cetak
E-mel
14 Nov 2010
ISTIMEWA
IKHLAS BERIBADAH, SEGALANYA JADI MUDAH
Jemaah yang suci hatinya dapat bantuan dan sambutan sepanjang berada di Tanah Suci
BANYAK kejadian aneh, pelik serta ganjil berlaku di Tanah Suci Makkah dan Madinah dalam setiap musim haji atau umrah. Ada kejadian yang sengaja Allah timpakan kepada tetamu pilihan-Nya itu sebagai kifarat kepada dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Ada kejadian yang bermaksud sebagai ujian daripada Allah swt bagi menguji kekuatan iman dan taqwa seseorang hamba-Nya itu sebelum Allah kurniakan sebarang keampunan atau sebelum Allah anugerahkannya tingkatan martabat dan darjat yang tinggi dan mulia di sisi-Nya.
Tidak kurang juga kejadian-kejadian pelik dan ganjil yang berlaku disebabkan oleh kelancangan, keceluparan atau kemeluluan tutur kata, tingkah laku serta tindak-tanduk para bakal haji itu sendiri disebabkan oleh misi serta visi hajinya yang samar dan kusam, cetek dan dangkal pengetahuannya, longlai dan londeh penghayatannya atau disebabkan juga oleh gara-gara nafsu mazmumah mereka yang masih liar dan tidak dibendung atau dikawal itu.
Berikut adalah kisah seorang jemaah haji yang dimudahkan perjalanan hajinya dan diistimewakan di kalangan jemaah-jemaah haji yang lain di Tanah Suci hanya kerana keikhlasannya mengerjakan ibadah terhadap sang Khalik.
Ceritanya benar-benar berlaku, cuma nama orang itu telah diubah kepada 'Zakaria', 65 tahun, dan isterinya, 63 tahun, pula kepada 'Salmah'.
Mereka adalah pasangan Islam yang menjaga kewajipan solat fardu dan kewajipan-kewajipan asas lain dengan baik. Namun, mereka tidaklah tinggi ilmu agamanya. Pasangan tersebut bukan juga orang senang. Wang yang mereka perolehi sentiasa digunakan untuk keperluan hidup harian. Walaupun sesekali timbul juga keinginan untuk menunaikan fardu haji, tetapi mereka tidak mempunyai wang simpanan yang cukup untuk menampung perbelanjaan ke sana.
Ketika rakan sekerjanya, Haji Hamdan, menyuruhnya menunaikan rukun Islam kelima, Encik Zakaria hanya tersenyum.
Pertama, beliau berasa ibadahnya belum sebaik mana lagi, jauh sekali dibandingkan dengan Haji Hamdan. Kedua, masalah kewangannya sentiasa menjadi batu penghalang.
'Engkau masih tak cukup duit, ya Zek?' Tanya Haji Hamdan.
'Biasalah Ji. Aku bukan orang senang.' Balas Encik Zakaria.
'Nah! Baca ini...' Tingkah Haji Hamdan sambil menghulurkan sehelai kertas bertulis bahasa Arab.
SELAWAT NABI
Melihat Encik Zakaria tersipu-sipu, Haji Hamdan menulis ayat-ayat tersebut dalam tulisan rumi. Barulah kawannya itu mengerti bahawa yang tercatat pada kertas tersebut adalah selawat Nabi.
'Betulkah ini, Ji?'
'Engkau baca dan amalkanlah dulu!' Haji Hamdan membalas ringkas.
Semenjak saat itu, Encik Zakaria sentiasa membaca selawat Nabi setiap kali selesai bersolat fardu. Berkat nasihat kawannya itu juga, beliau mula mengamalkan solat malam (tahajud).
Menurut Haji Hamdan, di keheningan malamlah doa seorang hamba yang ikhlas akan dimakbulkan oleh Al-Khaliq. Dengan penuh kesabaran, Encik Zakaria mendirikan solat malam dan memohon agar Allah swt mempermudahkan jalan baginya untuk menunaikan ibadah haji.
DOA TERKABUL AKHIRNYA
Alhamdulillah, dua tahun kemudian, doa Encik Zakaria termakbul. Malah dengan wang simpanan yang cukup, beliau berupaya membawa sama isterinya, Cik Salmah, menunaikan fardu haji di Makkah. Disebabkan mereka mengerjakan Haji Tamattuk, pasangan suami isteri ini pergi ke Madinah terlebih dahulu sebelum memasuki Makkah.
Di Madinah, Encik Zakaria didatangi oleh seorang lelaki Arab berumur antara 30 hingga 35 tahun dan amat fasih bertutur bahasa Melayu. Lelaki itu mengaku sengaja mencari Encik Zakaria kerana disuruh oleh seseorang yang bernama Haji Ali.
'Boleh ana tahu, siapa yang bernama Haji Zakaria dari ...?' tanya lelaki tersebut.
'Haji? Aku 'kan baru sampai ke Madinah, siapa lelaki ini yang memanggil aku Haji? Ah, tak mengapalah, mudah-mudahan Allah menerima ibadah haji saya.' Fikir Encik Zakaria.
'Sayalah Zakaria. Maaf, awak ni siapa?'
'Ana Umar, ana disuruh Haji Ali membawa tuan haji dengan keretanya, ke mana sahaja tuan haji mahu pergi, sepanjang masa tuan haji di Tanah Suci ini,' jelas Umar kepada Encik Zakaria.
Perasaan gembira dan tidak sedap hati bercampur-baur dalam hati Encik Zakaria. Gembira kerana beliau diberi kemudahan yang sebegitu rupa sepanjang mengerjakan haji di Makkah. Tidak sedap hati kerana beliau tidak mengenali siapakah Haji Ali yang begitu bermurah hati meminjamkan kenderaan kepadanya. Mungkinkah Umar tersilap orang?
Di samping itu, jika benar beliau orangnya, beliau tidak tergamak meninggalkan rombongannya yang lain demi kepentingan dirinya dan isteri. Apabila beliau menyuarakan kegusaran hatinya kepada lelaki tersebut, Umar tersenyum dan menjawab:
'Tidak, saya tidak tersilap orang. Haji Ali memberikan saya senarai tetamu Allah dalam kumpulan jemaah tuan haji, dan tuan haji adalah orang yang saya cari. Bagi rombongan tuan, Haji Ali telah menyediakan sebuah bas mini untuk kegunaan mereka jika tuan risaukan mereka.'
BANTUAN SEPANJANG MASA Subhanallah! Encik Zakaria begitu bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada 'Haji Ali' dan Umar di atas bantuan sepanjang masa beliau dan rombongannya berada di Makkah.
Setiap hari Umar menunggunya menunaikan ibadah dengan sabar. Umar tidak akan berganjak selagi Encik Zakaria tidak menyuruhnya pergi. Soal minyak benzin dan bayaran tidak pernah timbul. Semuanya di atas tanggungan dan arahan Haji Ali. Encik Zakaria dan isterinya dilayan sebagai tetamu terhormat.
'Ya Allah, Engkau Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Selama di tanah air, aku tidak pernah meminjamkan kepada sesiapa kenderaan aku, apa lagi berpuluh-puluh hari. Sedangkan di Makkah, aku diberi pinjam kereta dan pemandunya sekali selama 42 hari oleh seseorang yang tidak aku kenali dan tidak pernah berjumpa pun, malah ditanggung petrolnya pula!' Encik Zakaria memanjatkan kesyukuran kepada Allah Yang Maha Berkuasa.
Sepanjang masa menunaikan haji di Tanah Suci, Encik Zakaria banyak diberi kemudahan oleh Allah swt. Sewaktu melakukan tawaf, melontar di ketiga-tiga jamrah, mencium Hajar al-Aswad, dan mendirikan solat sunat di Masjid Nabawi, adalah sebahagian daripada perjalanan ibadah haji di mana ketabahan, kekuatan dan kesabaran yang tinggi amat diperlukan.
Di situ, umat manusia berjuta-juta orang, umpama semut yang berkerumun. Setiap masa manusia berasak-asak sehingga ada yang terjatuh, terseret, malah terpijak dengan tidak sengaja.
Bagaimanapun, Encik Zakaria diberi laluan yang senang dicelah-celah kepadatan lautan manusia tersebut.
Didorongi keinginan mencium Batu Hitam (Hajar al-Aswad) yang suci itu, Encik Zakaria berdoa (dalam bahasa Melayu) kepada Allah kerana beliau yakin Allah pemilik semua bahasa di dunia ini.
'Ya Allah, aku ingin mengucup Hajar al-Aswad. Berikanlah jalan kemudahan kepadaku...' Doanya sambil menadah tangan, tanpa selawat, tanpa talbiah. Tidak lebih dan tidak kurang.
Sungguh luar biasa, setiap kali hujung jari Encik Zakaria menyentuh tubuh orang yang berada di hadapannya, mereka memberi laluan kepadanya untuk mencelah masuk.
MUDAH KUCUP HAJAR AL-ASWAD
Saat itu, beliau merasakan beliau diberi kekuatan pada kedua-dua tangannya untuk membuka kerumunan manusia sehingga tidak lama kemudian, beliau sudah berada di hadapan Hajar al-Aswad. Encik Zakaria mencium dan mengucup Batu Hitam itu sambil mengagungkan nama Allah. Air matanya mencurah keluar kerana terlalu gembira dan bersyukur di atas rahmat Allah kepadanya.
Sewaktu melakukan lontaran jamrah, jemaah-jemaah lain seolah-olah memberikan ruang kepada Encik Zakaria untuk melontarkan batu dan lontarannya pula tepat mengenai sasaran. Sesungguhnya, Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semua perkara dan kejadian berada dalam ketentuan-Nya.
Encik Zakaria juga mendapat layanan yang baik dari semua orang yang ditemuinya sepanjang berada di Tanah Suci.
Beliau disambut dengan hormat, termasuklah para pemilik kedai. Seringkali dia dapat membeli barangan dengan separuh harga daripada para pedagang di sana yang terkenal sukar ditawar harga barangan mereka.
Sesungguhnya hati Encik Zakaria yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah telah mendapat ganjaran besar dari Maha Pencipta terhadap hamba-Nya. -- Oleh SUE.